Besaran
Fisika dan Pengukuran
- Petunjuk Belajar
Petunjuk Siswaa. Mulailah dengan membaca basmalah.b. Pelajarilah materi yang ada di bahan ajar ini dengan seksamac. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada.d. Tuliskan jawabannya di buku tugasmu.Petunjuk Gurua. Bimbinglah siswa belajar menggunakan bahan ajar inib. Bimbing siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada - Kompetensi Dasar
KD:Memahami konsep besaran fisika dan pengukuran - Indikator3.1.1.Menjelaskan konsep besaran dan satuan3.1.2.Menjelaskan perbedaan besaran pokok dan besaran tutunan serta dimensinya3.1.3.Menjelaskan penggunaan alat ukur , ketelitian dan kesalahan dalam pengukuran.3.1.4.Menggunakan aturan angka penting dalam hasil pengukuran.
A.
Besaran
Fisika
1. Pengertian
Besaran
Besaran adalah
segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang dapat dinyatakan dengan
angka dan memiliki satuan tertentu.Besaran dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian,yaitu:
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran
yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu dan tidak tersusun atas besaran
lain. Besaran pokok terdiri atas tujuh besaran. Tujuh besaran pokok dan
satuannya berdasarkan sistem satuan internasional (SI) sebagaimana yang
tertera pada tabel berikut:
Tabel Besaran Pokok dan Satuannya
Besaran turunan merupakan
kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok. Misalkan luas didefinisikan sebagai
hasilkali dua besaran panjang (yaitu panjang kali lebar). Jika satuan panjang dan lebar masing-masing adalah meter, maka besaran luas
adalah besaran turunan yang
mempunyai satuan meter x meter atau m2.
Perhatikan tabel besaran turunan, satuan dan
dimensi di bawah ini.
Tabel Besaran Turunan dan Satuannya
Satuan
Satuan
adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur.Satuan dapat dibagi
dua,yaitu:
a.Satuan
Baku
Satuan baku adalah
satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara internasional atau
disebtu satuan internasional (SI). Sistem satuan yang biasa digunakan pada besaran
pokok dan
besaran turunan asalah sistem Satuan Internasional (SI) atau biasa dikenal sebagai sistem
metrik yaitu meter, kilogram dan sekon yang disingkat MKS. Selain sistem
metrik yang lain adalah CGS (centimeter, gram, sekon). Adapula British Engineering System yang biasa
disebut sebagai sistem FPS (foot, pound, sekon).
Satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Satuan selalu
tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
2) Bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh
negara.
3) Mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
1.Penetapan Satuan Internasional untuk Panjang
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional
tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa satu meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada selang waktu
1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena nilainya
dianggap selalu konstan.
2.Penetapan Satuan Internasional untuk Massa
Massa standar satu
kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada suhu 4ºC.
3. Penetapan Satuan Internasional untuk Waktu
Satu detik adalah selang
waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak
9192631770 kali.
4.Penetapan Satuan international untuk suhu
Suhu titik lebur es pada 76 cmHg
menjadi T = 273,15 K dan titik didih air pada 76 cmHg menjadi T = 373,15 K.
5.Penetapan
Satuan Intensitas Cahaya
Satuan kandela didefinisikan sebagai benda
hitam seluas satu meter persegi yang bersuhu titik lebur platina (1.773°C).
Benda ini akan me mancarkan cahaya dalam arah tegak lurus dengan kuat cahaya
sebesar 6 × 105 kandela.
6.
Penetapan Satuan Jumlah Zat
Jumlah zat dalam satuan
internasional memiliki satuan mol. Satu mol zat terdiri atas 6,025 × 1023 buah
partikel (bilangan 6,025 × 1023 disebut dengan bilangan Avogadro).
7.Penetapan satuan arus listrik
Satu ampere didefinisikan sebagai jumlah
muatan listrik satu coulomb (1 coulomb = 6,25 × 1018 elektron) yang melewati
suatu penampang dalam waktu 1 sekon.
Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu
Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu
satuan ke satuan yang lainnya diperlukan tangga konversi. Gambar di bawah
menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan waktu, beserta dengan
langkah-langkah penggunaannya.
Tangga Konversi Panjang
Awalan Satuan dan Sistem Satuan di Luar Sistem Metrik
Konversi besaran panjang menggunakan acuan sebagai
berikut:
- 1 mil = 1760 yard (1 yard
adalah jarak pundak sampai ujung jari tangan orang dewasa).
- 1 yard = 3 feet (1 feet adalah
jarak tumit sampai ujung jari kaki orang dewasa).
- 1 feet = 12 inci (1 inci adalah
lebar maksimal ibu jari tangan orang dewasa).
- 1 inci = 2,54 cm
- 1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan satuan sistem
Inggris. Untuk besaran massa berlaku juga sistem konversi dari satuan
sehari-hari maupun sistem Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai
berikut.
- 1 ton = 1000 kg
- 1 kuintal = 100 kg
- 1 slug = 14,59 kg
- 1 ons (oz) = 0,02835 kg
- 1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikonversi ke dalam sistem SI yaitu detik atau sekon. Contohnya sebagai
berikut.
- 1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7
detik
- 1 hari = 8,640 x 10 pangkat4
detik
- 1 jam = 3600 detik
- 1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem
awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro maupun ke sistem mikro. Perhatikan
Tabel berikut ini.
Mengonversi Satuan Besaran Turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan
dari satuan besaran-besaran pokok yang mendefinisikan besaran turunan tersebut.
Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga ditulis
dengan N/kg. Satuan besaran turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan beberapa
contoh di bawah ini!
- 1 dyne = 10pangkat-5 newton
- 1 erg = 10pangkat-7 joule
- 1 kalori = 0,24 joule
- 1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule
- 1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1
dm3
- 1 ml = 1 cm3 = 1 cc
- 1 atm = 1,013 x 10pangkat5
pascal
- 1 gauss = 10pangkat-4 tesla
b.Satuan
tidak baku
Satuan tidak baku adalah
satuan yang tidak diakui secara internasional dan hanya berlaku pada daerah
tertentu saja.Contoh depa,hasta,lengan tombak,langkah dan lain-lain.
Dimensi
Dimensi
adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol (lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu
tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dimensi
suatu besaran yang dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya diberi
tanda [ ]. Tabel berikut menunjukkan lambang dimensi besaran-besaran pokok.
Dimensi
dari besaran turunan
dapat disusun dari dimensi besaran-besaran pokok. Tabel berikut menunjukkan
berbagai dimensi besaran turunan.
Contoh
Soal 1
Tentukan dimensi
besaran luas, kecepatan dan volume
Penyelesaian:
a)Luas merupakan hasil
kali panjang dan lebar, keduanya memiliki dimensi panjang [L]
luas = panjang x lebar
[luas] = [panjang] [lebar]
[luas] = [ L] [ L] = [
L]2
b)Kecepatan merupakan
hasil bagi jarak terhadap waktu. Dimensi jarak adalah [L], sedangkan waktu
memiliki dimensi [ T ]. Jadi dimensi kecepatan adalah:
Kecepatan = jarak/waktu
[kecepatan] =[L]/[T] =
[ L][ T ]-1
c)Volume adalah hasil
kali panjang, lebar, dan tinggi. Ketiganya memiliki dimensi panjang [ L],
sehingga dimensi volume adalah:
[volume] = [ panjang ]
[ lebar] [tinggi]
[volume] = [ L] [ L] [
L] = [ L]3
B.Pengukuran
Pengukuran
adalah suatu proses pembandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap
sebagai patokan(standar) yang disebut
satuan
a.Alat ukur
Alat Ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu
besaran.
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada skala terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut. Beberapa contoh alat ukur sesuai dengan besarannya, yaitu:
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada skala terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut. Beberapa contoh alat ukur sesuai dengan besarannya, yaitu:
1. Pengukuran Panjang
a.Pengukuran Panjang
dengan Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris
yang berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam,
mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar
mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur
panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
b.
Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter
bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1
cm
2.rahang geser yang
dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
c.
Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm
atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang
mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat,
diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang
putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari
skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar
0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.
2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda.
Prinsip kerjanya adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara
massa benda yang diukur dengan anak timbangan yang digunakanPerhatikan beberapa
alat ukur berat berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai
berikut:
• Lengan depan memiliki
skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala
mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan
skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam
analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari
alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup
baik, yaitu sampai 0,1 s.
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut amperemeter. Amperemeter mempunyai hambatan dalam yang sangat kecil, pemakaiannya harus dihubungkan secara seri pada rangkaian yang diukur, sehingga jarum menunjuk angka yang merupakan besarnya arus listrik yang mengalir.
5.Alat
Ukur Suhu
Untuk mengukur suhu suatu sistem
umumnya menggunakan termometer. Termometer dibuat berdasarkan prinsip pemuaian.
Termometer biasanya terbuat dari sebuah
tabung pipa kapiler tertutup yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air
raksa dan tabung memuai. Pemuaian yang
terjadi pada air raksa lebih besar
dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian permukaan
raksa dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu.
Berdasarkan skala temperaturnya,
termometer dibagi dalam empat macam, yaitu termometer skala Fahrenheit, skala
Celsius, skala Kelvin, dan skala Reamur. Termometer skala Fahrenheit memiliki
titik beku pada suhu 32oF dan titik didih pada 212oF .
Termometer skala Celsius memiliki titik beku pada suhu 0oC, dan
titik didih pada 100oC. Termometer skala Kelvin memiliki titik beku
pada suhu 273 K dan titik didih pada 373 K. Suhu 0 K disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu semua
molekul berhenti bergerak. Dan termometer skala Reamur memiliki titik beku pada
suhu 0oR dan titik didih pada 80oR.
b. Ketelitian dan Ketepatan
Ketelitian (precision) merupakan ukuran kedekatan data-data
yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel yang sama. Secara sekilas tingkat
ketelitian dapat dilihat dari ulangan. Semakin tinggi tingkat ketelitian maka
nilai dari data ulangan tersebut hampir sama.
Ketepatan (accuracy) merupakan ukuran kedekatan data yang
diperoleh dari hasil pengukuran dengan nilai data yang sebenarnya. Semakin tinggi tingkat ketepatan maka
semakin dekat dengan nilai sebenarnya.
a.Kesalahan dan
ketidakpastian.
1.Kesalahan
Kesalahan-Kesalahan umum ( gross
errors ) :
Kebanyakan disebabkan kesalahan manusia, antara lain :
a.
kesalahan pembacaan alat
ukur
b.
penyetelan yang tidak tepat
c.
pemakaian instrumen yang
tidak sesuai
d.
kesalahan penaksiran
Kesalahan kesalahan sistematis ( systematic errors )
Kesalahan sistem matematis, umumnya dikelompokkan kedalam dua
bagian, yaitu :
1.
Kesalahan-kesalahan
instrumental, yaitu kekurangan-kekurangan dari instrumen itu sendiri.
2.
Kesalahan-kesalahan
lingkungan, yaitu yang disebabkan oleh keadaan-keadaan luar yang mempengaruhi
pengukuran.
1.
Kesalahan – kesalahan instrumental ( instrumental errors ),
Misalnya :
- gesekan komponen yang bergerak terhadap bantalan, dapat
menimbulkan pembacaan yang tidak tepat ( pada alat ukur d’Arsonval ).
- tarikan pegas yang tidak teratur,
perpendekan pegas.
- berkurangnya tarikan karena penanganan yang tidak tepat atau
pembebanan instrumen secara berlebihan.
Jenis
kesalahan instrumen lainnya :
- Kalibrasi yang menyebabkan pembacaan instrumen yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah sepanjang seluruh skala.
- Kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol sebelum
melakukan pengukuran.
2.Kesalahan-kesalahan
lingkungan ( environmental errors ),
disebabkan oleh keadaan luar, dan
termasuk keadaan disekitar
instrumen yang mempengaruhi alat ukur, seperti :
- pengaruh perubahan temperatur.
- kelembaban.
- tekanan udara luar atau
medan maknetik atau medan elektrostatik.
.Cara-cara untuk mengurangi pengaruh-pengaruh
tersebut diatas, antara lain :
- pengkondisian udara.
- penyegelan komponen-komponen
instrumen tertentu dengan rapat
sekali.
- pemakaian pelindung maknetik, dan lain-lain.
3.Kesalahan-kesalahan acak ( random
errors )
Kesalahan ini, disebabkan
oleh penyebab-penyebab yang tidak diketahui dan terjadi walaupun seluruh
kesalahan sistematis sudah diperhitungkan.Misalnya fluktuasi tegangan listrik,
landasan bergetar, bising, dan radiasi.
Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi
apapun dan juga cara pengontrolan yang ada.
Satu-satunya cara
untuk memperbaiki kesalahan acak ini adalah :
- Penambahan jumlah pembacaan.
- Penggunaan cara-cara statistik, untuk memperoleh pendekatan yang
paling baik terhadap nilai yang sebenarnya.
2. Ketidakpastian
pada Pengukuran
a.Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan
pengukuran yang hanya dilakukan sekali saja ketidakpastiannya diperoleh dari
setengah nilai skala terkecil instrumen yang digunakan. Misalnya, Anda mengukur
panjang sebuah benda menggunakan mistar. Perhatikan Gambar dibawah!
Pada Gambar diatas ujung benda
terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit. Berapa nilai lebihnya? Ingat, skala
terkecil mistar adalah 1 mm. Telah Anda sepakati bahwa ketidakpastian pada
pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat. Jadi, ketidakpastian
pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
Karena nilai ketidakpastiannya
memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil pengukurannya pun harus Anda
laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai
x harus Anda laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan
harus Anda taksir, tetapi taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai
taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat
Anda laporkan sebagai berikut.
Karena nilai ketidakpastiannya
memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil pengukurannya pun harus Anda
laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai
x harus Anda laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan
harus Anda taksir, tetapi taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai
taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat
Anda laporkan sebagai berikut.
Arti dari laporan pengukuran
tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda) yang sebenarnya. Namun,
setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda mendapatkan nilai 15,6 cm
lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara statistik ini
berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda
terdapat pada selang 15,60 cm sampai 15,7 cm atau (15,60 d
x d 15,70) cm.
2.Pengukuran Berulang
Agar mendapatkan hasil pengukuran
yang akurat, Anda dapat melakukan pengukuran secara berulang. Pada pengukuran
berulang Anda akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak N kali. Berdasarkan
analisis statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x0 adalah nilai rata-rata dari data yang
diperoleh (x rata2). Sedangkan untuk nilai
ketidakpastiannya (delta x) dapat
digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Setelah mengetahui ketidakpastian
relatifnya, Anda dapat menggunakan aturan yang telah disepakati para ilmuwan
untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam laporan hasil
pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam
pengukuran berulang adalah sebagai berikut.
·
ketidakpastian
relatif 10% berhak atas dua angka
·
ketidakpastian
relatif 1% berhak atas tiga angka
·
ketidakpastian
relatif 0,1% berhak atas empat angka
d.Notasi ilmiah
Untuk mempermudah penulisan
bilangan-bilangan yang besar dan kecil digunakan Notasi Ilmiah atau Cara Baku. Bilangan yang besar misalnya kecepatan cahaya 300.000.000 m/s
akan sangat sulit bagi kita untuk menghitug angka tersebut dalam sebuah
persamaan. Untuk bilangan yang kecil adalah massa elektron
0,0000000000000000000000000000091 Kg akan sangat sulit dihitung. Maka dibuatlah
sebuah sistem yang disebut dengan notasi ilmiah atau cara baku.
Dalam notasi ilmiah, semua nomor ditulis seperti ini:
a x 10 b
(“a dikali 10 pangkat b”), dimana pangkat b adalah bilangan bulat,
dan koefisien a adalah bilangan riil, disebut significand atau mantissa (meskipun istilah “mantissa” dapat menyebabkan kebingungan karena
juga dapat merujuk ke bagian pecahan dari logaritma). Jika nomor itu negatif
maka, pangkatnya memakai tanda minus (seperti pada notasi desimal biasa).
Penulisan dengan Notasi Ilmiah
Untuk menuliskan hasil
pengukuran ke dalam bentuk notasi ilmiah cukup mudah. Anda cukup melihat apakah
bilangan tersebut lebih dari 10 atau kurang dari 1
Notasi Ilmiah untuk Bilangan Lebih dari 10,
caranya:
- Jika
bilangan yang lebih dari 10 tidak mempunyai koma (bukan desimal) buatlah
koma di belakang angka paling belakang. Jika bilangan tesebut telah
memiliki koma sobat tidak perlu menambahkannya lagi.
- Buatlah
koma di sebelah kanan angka pertama.
- Hilangkanlah
angka nol di belakang koma selain yang diapit angka bukan nol
- Kalikan
bilangan yg sobat dapat di angka 3 dengan 10n, dimana n = jumlah angka
yang diapit dua koma.
e. Penulisan Angka Penting
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka
penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
- Semua angka bukan nol termasuk
angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
- Semua angka
nol yang tertulis setelah titik
desimal termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting 16,00 memiliki 4 angka
penting.
- Angka nol
yang tertulis di antara angka-angka
penting (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3
angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.
- Angka nol yang tertulis sebelum
angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak
termasuk angka penting.
Contoh: 0,5 memiliki 1
angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
Semakin banyak angka
penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:
|
:
|
2,
|
0,1
|
0,002
|
0,01 x 10-2
|
|
:
|
2,6
|
1,0
|
0,010
|
0,10 x 10-2
|
|
:
|
20,1
|
1,25
|
0,0621
|
3,01 x 10-2
|
|
:
|
20,12
|
1,000
|
0,1020
|
1,001 x 10-2
|
Perhitungan dengan Angka
Penting
a. Penjumlahan dan
pengurangan
Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681 ketelitian hingga seperseribu
2,34 ketelitian hingga seperseratus
3,2 + ketelitian hingga sepersepuluh
30,221 ® Penulisan hasil yang benar 30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.
Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil pengukuran yang dijumlahkan ada yang ketelitiannya hanya sampai sepersepuluh, yaitu 3,2.
Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681 ketelitian hingga seperseribu
2,34 ketelitian hingga seperseratus
3,2 + ketelitian hingga sepersepuluh
30,221 ® Penulisan hasil yang benar 30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.
Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil pengukuran yang dijumlahkan ada yang ketelitiannya hanya sampai sepersepuluh, yaitu 3,2.
b. Perkalian dan pembagian
Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2, ditulis 6,8 cm2
Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2, ditulis 6,8 cm2
c. Aturan pembulatan angka-angka penting
Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti:
- Angka kurang dari 5, dibulatkan
ke bawah (ditiadakan)
Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi
12,7
- Angka lebih dari 5, dibulatkan
ke atas
Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi
12,8
- Angka 5, dibulatkan ke atas
bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi
12,8
12,65 dibulatkan menjadi 12,6
12,65 dibulatkan menjadi 12,6